Sejarah Taksi Blue Bird – Blue Bird merupakan salah satu perusahaan jasa transportasi besar yang ada di Tanah Air. Saat ini dengan semakin marak dan modernnya transportasi, taksi Blue Bird masih menjadi pilihan jika dibandingkan dengan taksi online seperti Gojek, Grabcar dan lainnya.
Blue Bird merupakan salah satu pionir transportasi sejarah di Indonesia. Salah satu bagian Sejarah Taksi Blue Bird yang sekarang dapat dinikmati oleh masyarakat, ialah mobil generasi awal yang menjadi mula beroperasinya taksi Blue Bird di Tanah Air, Holden Torana keluaran 1972. Mobil ini sekarang bisa dilihat di Museum Transportasi Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah Jakarta.
Sejarah Taksi Blue Bird: Mulai Dari 25 Taksi Holden
Tahun 1965 merupakan tahun dimana Blue Bird berdiri. Rumah no.107 Jl. Cokroaminoto merupakan cikal bakal lahirnya Bluebird. Pendiri Bluebird, yaitu Ibu Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono, kali pertama mengoperasikan bisnis taksinya dari rumah ini.
Bisnis taksi bukan merupakan hal baru di Jakarta pada masa lalu. Bisnis ini dipilih sebabnya taksi waktu itu belum menerapkan tarif yang jelas. Memang terdapat taksi di Jakarta, akan tetapi pada saat itu masih tarif tembak. Blue bird memulai jasa transportasi dengan standar pelayanan dan pembayaran yang jelas.
Tahun 1972, pendiri PT Blue Bird Taxi, almarhumah Mutiara Fatimah Djokosoetono secara resmi mengoperasikan 25 taksi di Surabaya dan kemudian masuk ke depot pertama disana, seperti diambil dari laman resmi Blue Bird Group. Sedan bercat biru langit ini di impor dari Australia. Holden ialah pabrikan mobil merek Australia yang saat ini milik General Motors, Amerika Serikat. Penyebab mengapa Holden menjadi pilihan ialah saat itu merek Jepang belum masuk ke Indonesia dan masih di monopoli oleh pabrikan Amerika dan Eropa.
Sama pada mobil Amerika umumnya, Holden mempunyai spek mesin yang besar. Taksi Torana dibekali mesin 6-silinder segaris 2.834cc dan sistem pengabutan karburator. Salah satu keunggulannya ialah torsi sebesar 226,8 Nm dan dicapai pada putaran 2.000 rpm. Saat itu kondisi kemacetan di Jakarta tak seperti sekarang, namun spesifikasi ini relatif sesuai untuk kondisi jalan yang stop and go. Kemampuan maksimal Torana ialah 119 tk di 4.400 rpm, sangat gahar di jalan lurus.
Perbedaan dengan taksi modern ialah Holden Torana belum dibekali power steering dan AC. Untuk sistem hitung ongkosnya berdasarkan kilometer dan masih memakai alat mekanis. Pada saat itu pengemudi taksi menyebutnya sebagai argo jewer. Sebutan ini karena jika mau dinyalakan harus dijewer terlebih dahulu.
Dari Komunikasi Radio Menjadi Digital
Untuk sistem komunikasi saat itu menggunakan radio konvensional. Ciri khas suara berisik di dalam kabin sudah lumrah didengar. Penumpang pada saat itu sudah lazim mendengar komunikasi antara sopir dan pool taksi. Pada masa ini Blue Bird sudah membenahi sistem komunikasi dengan memakai automated number identification, kemudian menjadi digital seperti yang dapat dilihat pada taksi modern, yang tidak lagi berbasis audio namun menjadi teks.
Pada tahun 2016, mulai diluncurkan aplikasi My Blue Bird dengan adanya tampilan versi terbaru dan fitur Taxi Nearby, Advance Booking, Estimated Cost, Call and Tracking Driver dan promo menarik. App ini bisa diakses oleh Android dan iOS.
Kemudian di tahun 2017 Blue Bird juga menginisiasi kolaborasi inovatif antara Blue Bird dengan GoJek oleh yang menghadirkan pilihan layanan Go-Bluebird pada aplikasi GoJek sebagai fitur tambahan multichannel acces bagi pelanggan setia untuk menggunakan layanan taksi Blue Bird.
Saat ini Taksi Blue Bird masih menjadi primadona untuk pengguna taksi walaupun diserbu taksi online. Alasannya adalah karena standar yang diterapkan untuk armada dan pelayanannya yang prima. Yakni seperti kebersihan mobil, supir yang ramah dan lainnya yang lebih konsisten jika dibandingkan dengan taksi online seperti Grab atau Gojek.